Lensa69

Kupuaskan Dosen Killer Yang Sexy

Kupuaskan Dosen Killer Yang Sexy

Aku seorang laki-laki yg dilahirkan di kota Pekan baru di provinsi sumatera, kota yg panas karena terletak di dataran rendah. Selain tinggi tubuh seukuran orang-orang bule, kata kawanku wajahku lumayan. Mereka bilang Aku hitam manis. Sebagai laki-laki, bokep, Aku juga bangga karena ketika SMA dulu Aku banyak memiliki kawan-kawan wanita.

Walaupun Aku sendiri tak ada yg tertarik satupun di antara mereka. Mengenang ketika-ketika dulu Aku kasertag tersenyum sendiri, karena walau bagaimanapun kenangan adalah sesuatu yang berharga dalam diri kita. Apalagi kenangan manis.

Aku mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi swasta di kota S, mengambil jurusan ilmu perhotelan. Tapi para pembaca, sampai ketika ini pun Aku masih belom bisa menyelesaikan studiku hanya gara-gara satu mata kuliah saja yg belom lulus, yaitu mata kuliah yg berhubugan dengan hitung berhitung. Walaupun sudah kuambil selama empat semester, tapi hasilnya belom lulus juga. Untuk mata kuliah yg lain Aku bisa menyelesaikannya, tapi untuk mata kuliah yg satu ini Aku benar-benar merasa kesulitan. 

“Coba saja dirimu konsultasi kepada dosen pembimbing akademis..,” kata kawanku Aldo ketika kita berdua sedang duduk-duduk dalam kamar kost.

“Sudah, Di. Tapi beliau juga lepas tangan dgn masalahku ini.

Kata beliau ini ditentukan oleh dirimu sendiri.” Kata Aku sambil menghisap rokok dalam-dalam.

“Benar juga apa yg dikatakan beliau, Gi, semua ditentukan dari dirimu sendiri.” sahut Aldo sambil termangu, tangannya sibuk memainkan korek api di depannya.

Lama kita sibuk tenggelam dalam pikiran kita masing-masing, sampai akhirnya Aldo berkata,

“Gini saja, Gi, dirimu langsung saja menghadap dosen mata kuliah itu, ceritakan kesulitanmu, mungkin beliau mau membantu.” kata Aldo.

Mendengar perkataan Aldo, seketika Aku langsung teringat dgn dosen mata kuliah yg menyebalkan itu. Namanya Ibu Maria, umurnya kira-kira 35 tahun.

Orangnya lumayan cantik, juga seksi, tapi banyak kawanku begitu juga Aku mengatakan Ibu Maria adalah dosen killer, banyak kawanku yang dibuat sebal olehnya. Maklum saja Ibu Maria belom berkeluarga alias masih sendiri, wanita yg masih sendiri mudah tersinggung serta sensitif.

“Waduh, Di, bagaimana bisa, dia dosen killer di kampus kita..,” Kata Aku bimbang.

“Iya sih, tapi walau bagaimanapun dirimu harus berterus terang mengenai kesulitanmu, bicaralah baik-baik, masa beliau tak mau membantu..,” kata Aldo memberi saran.

Aku terdiam sejenak, berbagai pertimbangan muncul di kepala Aku. Dikejar-kejar ketika, pesan orang tua, dosen wanita yg killer.

Akhirnya Aku berkata, “Baiklah Di, akan kucoba, besok Aku akan menghadap beliau di kampus.”

“Nah begitu dong, segala sesuatu harus dicoba dulu,” sahut Aldo sambil menepuk-nepuk pundakku.

Siang itu Aku sudah duduk di kantin kampus dgn segelas es teh di depanku serta sebatang rokok yg menyala di tanganku. Sebelom bertemu Ibu Maria Aku sengaja bersantai dulu, karena bagaimanapun nanti Aku akan gugup menghadapinya, Aku akan menenangkan diri dulu beberapa ketika. Tanpa Aku sadari, tiba-tiba Aldo sudah berdiri di belakangku sambil menepuk pundakku, seketika Aku kaget dibuatnya.

“Ayo Chris, sekarang ketikanya Bu Maria kulihat tadi sedang menuju ke ruangannya, mumpung sekarang tak mengajar, temuilah beliau..!” bisik Aldo di telingaku.

“Oke-oke..,” Kata Aku singkat sambil berdiri, menghabiskan sisa es teh terakhir, kubuang rokok yg tersisa sedikit, kuambil permen dalam saku Aku, kutarik dalam-dalam nafasku. Aku langsung melangkahkan kaki.

 “Kalau begitu Aku duluan ya, Chris. Sampai ketemu di kost,” sahut Aldo sambil meninggalkanku.

Aku hanya bisa melambaikan tangan saja, karena pikiranku masih berkecamuk bimbang, bagaimana Aku harus menghadapai Ibu Maria, dosen killer yg masih sendiri itu.

Perlahan Aku berjalan menyusupi lorong kampus, suasana sangat lengang ketika itu, maklum hari Sabtu, banyak mahasiswa yang meliburkan diri, lagipula kalau saja Aku tak mengalami masalah ini lebih baik Aku tidur-tiduran saja di kamar kost, ngobrol dengan kawan. Hanya karena masalah ini Aku harus bersusah-susah menemui Bu Maria, untuk bisa membantuku dalam masalah ini.

Kulihat pintu di ujung lorong. Memang ruangan Bu Maria terletak di pojok ruangan, sehingga tak ada orang lewat simpang siur di depan ruangannya. Kelihatan sekali keadaan yg sepi.

Pikirku,

“Mungkin saja wanita yang belom bersuami inginnya menyendiri saja.” Perlahan-lahan kuketuk pintu, seketika kemudian terdengar suara dari dalam,

“Masuk..!”

Aku langsung masuk, kulihat Bu Maria sedang duduk di belakang mejanya sambil membuka-buka map. Kututup pintu pelan-pelan. Kulihat Bu Maria memandangku sambil tersenyum, sesaat Aku tak menyangka beliau tersenyum ramah padaku. Sedikit demi sedikit Aku mulai bisa merasa tenang, walaupun masih ada sedikit rasa gugup di hatiku.

“Silakan duduk, apa yg bisa Ibu bantu..?” Bu Maria langsung mempersilakan Aku duduk,

Seketika Aku terpesona oleh kecantikannya. Bagaimana mungkin dosen yang begitu cantik serta anggun bisa mendapatkan julukan dosen killer. Kutarik kursi pelan-pelan, kemudian Aku duduk.

“Oke, Chris, ada apa ke sini, ada yg bisa Ibu bantu..?” sekali lagi Bu Maria menanyakan hal itu kepada Aku dgn senyumnya yg masih mengembang.

Perlahan-lahan kuceritakan masalahku kepada Bu Maria, mulai dari keinginan orangtua yg ingin Aku agak cepat menyelesaikan studiku, sampai ke mata kuliah yang ketika ini Aku belom bisa menyelesaikannya.

Kulihat Bu Maria dengan tekun mendengarkan cerita Aku sambil sesekali tersenyum kepada Aku. Melihat keadaan yang demikian Aku bertambah semangat bercerita, sampai pada akhirnya dengan spontan Aku berkata,

“Apa saja akan kulakukan Bu Maria, untuk bisa menyelesaikan mata kuliah ini. Mungkin suatu ketika membantu Ibu membersihkan rumah, contohnya mencuci piring, mengepel, atau yah, katakanlah mencuci baju pun Aku akan melakukannya demi agar mata kuliah ini bisa aku selesaikan. Aku mohon sekali, berikanlah keringanan nilai mata kuliah Ibu pada aku.”

Mendengar kejujuran serta perkataanku yg polos itu, kulihat Bu Maria tertawa kecil sambil berdiri menghampiriku, tawa kecil yg kelihatan misterius, dimana Aku tak bisa mengerti apa maksudnya.

“Apa saja Chris..?” kata Bu Maria seakan menegaskan perkataanku tadi yg secara spontan keluar dari mulutku tadi dgn nada bertanya.

“Apa saja Bu..!” kutegaskan sekali lagi perkataanku dengan spontan.

Seketika kemudian tanpa kusadari Bu Maria sudah berdiri di belakangku, ketika itu Aku masih duduk di kursi sambil termenung. Sejenak Bu Maria memegang pundakku sambil berbisik di telingaku.

“Apa saja kan Chris..?” Aku mengangguk sambil menunduk,

Ketika itu aku belom menyadari apa yg akan terjadi. Tiba-tiba saja dari arah belakang, Bu Maria sudah menghujani pipiku dengan ciuman-ciuman lembut, sebelom sempat Aku tersadar apa yang akan terjadi. Bu Maria tiba-tiba saja sudah duduk di pangkuanku, merangkul kepala aku, kemudian melumatkan bibirnya ke bibirku. Ketika itu Aku tak tahu apa yg harus kulakukan, seketika kedua tangan Bu Maria memegang kedua tanganku, kemudian meremas-remaskan ke buah dadanya yang sudah mulai mengencang. Aku tersadar, kulepaskan mulutku dari mulutnya.

Kupuaskan Dosen Killer Yang Sexy

“Bu, haruskah kita..” Sebelom Aku menyelesaikan ucapanku, telunjuk Bu Maria sudah menempel di bibirku, seakan menyuruhku untuk diam.

“Sudahlah chris, inilah yg Ibu inginkan..” Setelah berkata begitu, kembali Bu Maria melumat bibirku dengan lembut, sambil membimbing kedua tanganku untuk tetap meremas-remas buah dadanya yang montok karena sudah mengencang.

Akhirnya timbul hasrat kelelakianku yg normal, seakan terhipnotis oleh reaksi Bu Maria yg menggairahkan serta ucapannya yang begitu pasrah, kita berdua tenggelam dalam hasrat seks yang sangat menggebu-gebu serta panas.

Aku membalas melumat bibirnya yang indah merekah sambil kedua tanganku terus meremas-remas kedua buah dadanya yang masih tertutup oleh baju itu tanpa harus dibimbing lagi.

Tangan Bu Maria turun ke bawah perutku, kemudian mengusap-usap kemaluanku yang sudah mengencang hebat. Dilanjutkan kemudian satu-persatu kancing-kancing bajuku dibuka oleh Bu Maria, secara reflek pula Aku mulai membuka satu-persatu kancing baju Bu Maria sambil terus bibirku melumat bibirnya.

Setelah bisa membuka bajunya, begitu pula dengan bajuku yang sudah terlepas, gairah kita semakin memuncak, kulihat kedua buah dada Bu Maria yang memakai BH itu mengencang, buah dadanya menyembul indah di antara BH-nya.

Kuciumi kedua buah dada itu, kulumat belahannya, buah dada yang putih serta indah. Kudengar suara Bu Maria yang mendesah-desah merasakan kenikmatan yang kuberikan. Kedua tangan Bu Maria mengelus-elus dada Aku yg bidang. Lama Aku menciumi serta melumat kedua buah dadanya dengan kedua tanganku yang sesekali meremas-remas serta mengusap-usap buah dada serta perutnya.

Akhirnya kuraba tali pengait BH di punggungnya, kulepaskan kancingnya, setelah lepas kubuang BH ke samping. Ketika itu Aku benar-benar bisa melihat dengan utuh kedua buah dada yang mulus, putih serta mengencang hebat, menonjol serasi di dadanya. Kulumat putingnya dengan mulutku sambil tanganku meremas-remas buah dadanya yg lain.

Puting yang menonjol indah itu kukulum dengan penuh gairah, terdengar desahan nafas Bu Maria yg semakin menggebu-gebu.

Oh.., oh..,Chriss. teruskan.., teruskan ..!” desah Bu Maria dengan pasrah serta memelas.

Melihat kondisi seperti itu, kejantananku semakin memuncak. Dengan penuh gairah yang mengebu-gebu, kedua puting Bu Maria kukulum bergantian sambil kedua tanganku mengusap-usap punggungnya, kedua puting yang menonjol tepat di wajahku. Buah dada yang mengencang keras. Lama Aku melakukannya, sampai akhirnya sambil berbisik Bu Maria berkata.

“Angkat Aku ke atas meja Chris.., ayo angkat Aku..!”

Spontan kubopong tubuh Bu Maria ke arah meja, kududukkan, kemudian dengan reflek Aku menyingkirkan barang-barang di atas meja. Map, buku, pulpen, kertas-kertas, semua kujatuhkan ke lantai dengan cepat, untung lantainya memakai karpet, sehingga suara yg ditimbulkan tak terkemudian keras.

Masih dalam keadaan duduk di atas meja serta Aku berdiri di depannya, tangan Bu Maria langsung meraba sabukku, membuka pengaitnya, kemudian membuka celana Aku serta menjatuhkannya ke bawah. Serta-merta Aku segera membuka celana dalamku, serta melemparkannya ke samping. Kulihat Bu Maria tersenyum serta berkata lirih,

“Oh.. Chris.., betapa jantannya dirimu.. kemaluanmu begitu panjang serta besar..

Oh..Chriss, Aku sudah tak tahan lagi ingin merasakannya.” Aku tersenyum juga, kuperhatikan tubuh Bu Maria yang setengah bugil itu.

Kemudian sambil kurebahkan tubuhnya di atas meja dengan posisi Aku berdiri di antara kedua pahanya yang telentang dengan rok yang tersibak sehingga kelihatan pahanya yang putih mulus, kuciumi buah dadanya, kulumat putingnya dengan penuh gairah, sambil tanganku bergerilya di antara pahanya.

Aku memang menginginkan pemanasan ini agak lama, kurasakan tubuh kita yang berkeringat karena gairah yang timbul di antara Aku serta Bu Maria. Kutelusuri tubuh Bu Maria yang setengah bugil serta telentang itu mulai dari perut, kemudian kedua buah dadanya yang montok, kemudian leher. Kudengar desahan-desahan serta rintihan-rintihan pasrah dari mulut Bu Maria.

Sampai ketika Bu Maria menyuruhku untuk membuka roknya, perlahan-lahan kubuka kancing pengait rok Bu Maria, kubuka restletingnya, kemudian kuturunkan roknya,akhirnya kujatuhkan ke bawah. Setelah itu kubuka serta kuturunkan juga celana dalamnya.

Seketika hasrat kelelakianku semakin menggebu-gebu demi melihat tubuh Bu Maria yang sudah bugil bulat, tubuh yang indah serta seksi, dengan gundukan daging di antara pahanya yang ditutupi oleh rambut yang begitu rimbun. Terdengar Bu Maria berkata pasrah,

“Ayolah Chris.., apa yg kau tunggu..? Ibu sudah tak tahan lagi.”

Kurasakan tangan Bu Maria menggenggam kemaluanku, menariknya untuk lebih mendekat di antara pahanya. Aku mengikuti kemauan Bu Maria yang sudah memuncak itu, perlahan tapi pasti kumasukkan kemaluanku yang sudah mengencang keras layaknya milik kuda perkasa itu ke dalam kemaluan Bu Maria.

Kurasakan milik Bu Maria yang masih agak sempit. Akhirnya setelah sedikit bersusah payah, seluruh batang kemaluanku amblas ke dalam kemaluan Bu Maria. Terdengar Bu Maria merintih serta mendesah,

Oh.., oh..,Chris.. terus Chris.. jangan dilepaskan, Aku mohon..!

” Tanpa pikir panjang lagi disertai hasratku yang sudah menggebu-gebu, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur dengan posisi Bu Maria yang telentang di atas meja serta Aku berdiri di antara kedua pahanya.

Mula-mula teratur, seirama dengan goyangan-goyangan pantat Bu Maria. Sering kudengar rintihan-rintihan serta desahan Bu Maria karena menahan kenikmatan yang amat sangat. Begitu juga Aku, kuciumi serta kulumat kedua buah dada Bu Maria dengan mulutku. Kurasakan kedua tangan Bu Maria meremas-remas rambutku sambil sesekali merintih,

“Oh..oh..Chris jangan lepaskan Chris kumohon..!”

Mendengar rintihan Bu Maria, gairahku semakin memuncak, goyanganku bertambah ganas, kugerakkan kedua pantatku maju-mundur semakin cepat. Terdengar lagi suara Bu Maria merintih,

“Oh.. Chris.. dirimu memang perkasa.., kau memang jantan..Chriss

Aku mulai keluar.. oh..!”

“Ayolah Bu.., ayolah kita mencapai puncak bersama-sama, Aku juga sudah tak tahan lagi,” keluhku.

Setelah berkata begitu, kurasakan tubuhku serta tubuh Bu Maria mengejang, seakan-akan terbang ke langit tujuh, kurasakan cairan kenikmatan yang keluar dari kemaluanku, semakin kurapatkan kemaluanku ke kemaluan Bu Maria.

Terdengar keluhan serta rintihan panjang dari mulut Bu Maria, kurasakan juga dada Aku digigit oleh Bu Maria, seakan-akan nmenahan kenikmatan yang amat sangat.

“Oh.. chriss.. oh.. oh.. oh..”

Setelah kukeluarkan cairan dari kemaluanku ke dalam kemaluan Bu Maria, kurasakan tubuhku yang sangat kelelahan, kutelungkupkan tubuhku di atas tubuh Bu Maria dengan masih dalam keadaan bugil, agak lama Aku telungkup di atasnya.

Setelah kurasakan kelelahanku mulai berkurang, Aku langsung bangkit serta berkata,

“Bu, apakah yang sudah kita lakukan tadi..?

Kembali Bu Maria memotong pembicaraanku,

“Sudahlah chris yg tadi itu biarlah terjadi karena kita sama-sama menginginkannya, sekarang pulanglah serta ini alamat Ibu, Ibu ingin cerita banyak kepadamu, dirimu mau kan..?”

Setelah berkata begitu, Bu Maria langsung menyodorkan kartu namanya kepada Aku. Kuterima kartu nama yg berisi alamat itu.

Sejenak aku melamun, kembali Aku dikagetkan oleh suara Bu Maria,

“Christian, pulanglah, pakai kembali pakaianmu..!”

Tanpa basa-basi lagi, Aku langsung mengenakan pakaianku, kemudian membuka pintu serta keluar ruangan. Dengan gontai Aku berjalan keluar kampus sambil pikiranku berkecamuk dengan kejadian yang baru saja terjadi antara Aku dengan Bu Maria. Aku telah bermain cinta dengan dosen killer itu. Bagaimana itu bisa terjadi, semua itu diluar kehendakku. Akhirnya walau bagaimanapun nanti malam Aku harus ke rumah Bu Maria.

Rumah itu begitu kecil tapi asri dengan tanaman serta bunga di halaman depan yang tertata rapi, serasi sekali keasertanya. Langsung kupencet bel di pintu, tak lama kemudian Bu Maria sendiri yang membukakan pintu, kulihat Bu Maria tersenyum serta mempersilakan Aku masuk ke dalam rumahnya.

Kuketahui ternyata Bu Maria hidup sendirian di rumah ini. Setelah duduk, kemudian kita pun mengobrol. Setelah sekian lama mengobrol, akhirnya kuketahui bahwa Bu Maria selama ini banyak dikecewakan oleh laki-laki yang dicintainya.

Semua laki-laki itu hanya menginginkan tubuhnya saja bukan cintanya. Setelah bosan, laki-laki itu meninggalkan Bu Maria. Kemudian dengan jujur pula dia meminta Aku selama masih menyelesaikan studi, Aku dimintanya untuk menjadi kawan sekaligus kekasihnya. Akhirnya Aku mulai menyadari bahwa posisiku tak beda dengan gigolo.

Kudengar Bu Maria berkata, “Selama dirimu masih belom wisuda, tetaplah menjadi kawan serta kekasih Ibu. Apa pun permintaanmu kupenuhi, uang, nilai mata kuliahmu agar lulus, semua akan Ibu penuhi, mengerti kan chris.?”

Selain melihat kesendirian Bu Maria tanpa ada laki-laki yang bisa memuaskan hasratnya, Aku pun juga mempertimbangkan kelulusan nilai mata kuliahku. Akhirnya Aku pun bersedia menerima tawarannya.

Akhirnya malam itu juga Aku serta Bu Maria kembali melakukan apa yang kita lakukan siang tadi di ruangan Bu Maria, di kampus. Namun bedanya kali ini Aku tak canggung lagi melayani Bu Maria dalam bercinta.

Cerita sex : Bercinta Dengan Guru Praktik Sekolah

Kita bercinta dengan hebat malam itu, 3 kali semalam, kulihat senyum kepuasan di wajah Bu Maria. Walau bagaimanapun serta entah sampai kapan, Aku akan sekemudian melayani hasrat seksualnya yang berlebihan, karena memang ada jaminan mengenai kelulusan mata kuliahku yang tak lulus-lulus itu dari dulu.

 

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup