Lensa69

Aku Yang Dipuasin Cowok Lain

Aku Yang Dipuasin Cowok Lain

Aku telah lama tidak menikmati pelukan laki-laki sejak suamiku bekerja di Arab. Mulai saat itu suamiku hanya pulang setiap 6 bulan sekali. Itupun hanya 1 minggu di rumah. Waktu lainnya ia gunakan untuk keperluannya sendiri. Hidupku tenggelam dengan kesibukan kerja di tempat usahaku, sebuah rumah makan yang cukup ramai. Aku sering membayangkan betapa nikmatnya melakukan hubungan intim dalam suasana romantis.

Dorongan hati kadang-kadang tidak terbendung merasakan nikmatnya remasan, jilatan dan pelintiran tangan di puting susuku, ciuman yang menjalan dari leher turun ke bawah dan berhenti di vaginaku. Ooo… hhhh… kapan aku dapatkan?. Bayangan itu hanya aku nikmati dalam khayalan setelah membaca buku cerita sex romantis. Aku masih muda, aku baru berumur 32 tahun. Pada Sabtu pagi ketika anakku pamitan menginap dirumah kakakku, terasa hatiku sepi. Gerimis di luar menambah hatiku berontak, aku telah dibelenggu waktu. Apakah aku sedang menunggu? Apa yang sedang aku tunggu? Bukankah hidup ini berjalan terus tanpa putus? Mengapa aku menyia-nyiakan hidupku? Apa yang aku inginkan sekarang? Yah… aku ingin menikmati belaian laki-laki. Suamiku tidak mungkin memberikan, ia tidak ada disini, masih 5 bulan lagi baru bisa pulang. Kata teman-temannya disana juga banyak perempuan yang bisa diajak kencan. Pasti suamiku juga telah menggunakan sebagian penghasilannya menikmati perempuan disana. Sebagai wanita normal aku juga ingin laki-laki yang bisa memberi aku kepuasan. Tapi siapa dan dimana?

Rasa berat antara perasaan ya dan tidak, akhirnya aku keluar rumah, aku sengaja tidak membawa kendaraan, aku mau naik kendaraan umum saja. Aku naik taksi tanpa tujuan pasti, aku tidak tau mau kemana. Ketika sopir taksi menanyakan arah tujuan, aku menjadi kebingungan. Akhirnya dengan sekenanya aku katakan “ke Taman Ismail Marjuki”. Disana aku turun, meskipun aku telah lima tahun tinggal di Jakarta, tapi tempat ini baru pertama kali aku kunjungi. Aku ragu melangkah arah, mau kemana di Taman Ismail Marjuki? Akhirnya aku ke gedung bioskop, aku pura-pura melihat iklan film yang mau aku tonton. Sebenarnya pikiranku tidak nyambung dengan penglihatanku. Jadi apa yang aku lihat, tidak masuk ke otakku. Keinginan yang menggebu dari rumah untuk dapat menikmati laki-laki menjadi hilang.

Aku seperti orang linglung. Akhirnya aku duduk di tempat tunggu sambil merencanakan pulang. Keramaian pengunjung bioskop membawa pandanganku tertuju pada seorang laki-laki dengan umur kira-kira 40 tahun bersama anak-anak remaja perempuan. Kelihatan mereka berbincang membicarakan rencana kegiatan. Akhirnya remaja-remaja itu pergi meninggalkan laki-laki itu sendirian. Laki-laki itu kemudian melangkah duduk disebelahku sambil membuka koran. Mungkin karena yang duduk disitu hanya aku dan dia, maka ia menawari aku membaca majalah milik anaknya. “Terima kasih Pak…” dan aku meraih majalah itu. “Bapak mengantar anak-anak mau nonton film?” aku mencoba membuka pembicaraan.

“Tidak Bu.. anak saya kesini tidak untuk menonton film. Mereka kumpul dengan teman-temannya karena mau menjadi pager ayu di pesta kawinan”. “Ooo… wah bapak harus sabar juga menunggu mereka sampai selesai”. “Tidak Bu, mereka disini hanya rias wajah dan pakaian, kemudian mereka dijemput ke Taman Mini sampai malam. Pulangnya mereka diantar dari sana. Ibu juga sedang menunggu putra ibu? “Ooo.. tidak Pak, saya tadi ingin nonton film, tapi ternyata film yang mau saya tonton sudah tidak diputar lagi” aku menjawab sekenanya. Untung dia tidak menanyakan nama film itu. Kemudian aku dan dia tenggelam dalam obrolan biasa sampai obrolan rumah tangga.

Dari ceritanya aku tahu kalau Istrinya lagi keluar kota mengantar orang tuanya kembali ke kampung. Obrolan itu cukup mengasikkan sehingga melupakan mengapa aku sampai ke Taman Ismail Marjuki. Kemudian ia kembali asik membaca kembali korannya, tapi aku malah melamun.

“Ibu sendirian? Dimana rumah ibu?” kembali dia memecahkan lamunanku. Aku sedikit kaget mendengar suaranya. “Ya Pak, saya tinggal di daerah Rawamangun” jawabku.

“Kalau ibu mau pulang sekarang, kita bisa sama-sama, saya mau ke bengkel di Kelapa Gading.” Aku tidak menyambut tawaran itu karena aku belum ingin pulang. “Terima kasih Pak, ngak usah repot-repot, saya masih ada keperluan di tempat lain”.

“Oh begitu, barangkali tempat lain itu satu arah dengan tujuan saya, kita bisa melanjutkan obrolan tadi. Ibu kan belum cerita keluarga ibu?”. Akhirnya aku terima tawaran itu dan aku naik ke mobilnya. Ketika sudah ada di atas mobil, ia tidak segera menjalankan. Mungkin ada yang ditunggu? “Bu, maaf apakah ibu punya waktu kalau kita jalan-jalan sebentar sambil ngobrol? Saya kok merasa cocok dengan obrolan tadi”. “Boleh juga pak, saya hari ini juga tidak ada kegiatan yang perlu saya selesaikan”.

Akhirnya aku mengenali namanya “Siswanto” dan aku mengenalkan diri “Dewi”. Keakraban kami berdua menyebabkan cerita itu berubah menjadi cerita pribadi, cerita kehidupan seks. Ia menceritakan hubungan dengan istrinya sangat terbatas, karena istrinya seorang pramugari jalur luar negeri, sehingga sering ditinggalkan. Umur istrinya 3 tahun lebih tua dari Mas Siswanto. Sedangkan aku menceritakan suamiku bekerja di luar negeri dan kontrak kerja baru berakhir tahun depan. Mulai saat itu kita sepakat, aku memanggilnya Mas Siswanto dan ia memanggilku Dewi.

Dewi

“Masih lima bulan lagi saya bisa ketemu suami” kataku. Entah awalnya bagaimana, tangan kami saling meremas. Sambil menyetir, tangan kiri mas Siswanto meraba pahaku. Aku diam saja ketika tangan kiri itu menyusup dibawah rok.

Namun ketika jarinya berusaha meraih celana dalamku, aku pegang dan aku tampik. “Jangan Mas” aku menolak. “Kemana kita Dewi… aku ingin bisa ngobrol dengan tenang” katanya. “Terserah Mas Siswanto..” Saat itu birahiku bangkit kembali, aku melirik ke mukanya, dalam hati aku berkata, apakah laki-laki ini yang akan memberiku kepuasan? Aku tidak punya pengalaman mengenai ini. Ia kembali meletakkan tangannya di pahaku sambil menarik rokku. Ia dengan bebas memegang paha mulusku. Sesekali tangannya lebih ke atas sehingga menyentuh celana dalam bagian tengah agar bisa mengusap barang yang ada diantara pahaku. Aku tidak memperhatikan jalan lagi ketika mobil itu masuk ke jalan tol. Dia meminta tanganku membuka celananya. Yah saat itu birahiku juga mulai muncul.

Ketika aku kesulitan membuka resletingnya, Mas Siswanto meminggirkan mobilnya dan dia sendiri yang membuka resleting celananya, kemudian mengeluarkan kontolnya yang telah berdiri tegak. Ketika mobil bergerak kembali, tangan kananku diminta memegangi kontolnya, aku merasakan kontol itu panas dengan denyut nadinya yang keras. Tiba-tiba aku merasa ngantuk dan aku tertidur di sandaran mobil. Dalam tidurku aku masih bisa merasakan tangan Mas Siswanto sesekali menyentuh bibir dan hidungku, kemudian meraba susuku yang tertutup baju dan BH, kadang-kadang mengelus pahaku dan mengusap-usap memekku yang tertutup celana dalam. Rasa kantuk ku lebih kuat sehingga pegangan tanganku di kontolnya lepas. Aku tidur, aku kantuk sekali, aku masa bodoh dengan rabahannya.

Entah berapa lama kemudian, aku terbangun dan mobil sudah terparkir di suatu penginapan yang tertutup di wilayah Puncak. Mas Siswanto turun dan membimbingku menuju kamar. Aku duduk ditepi tempat tidur sambil makan pisang dan minum jus yang telah tersedia diatas meja kamar hotel. Tiba-tiba Mas Siswanto merebahkan aku di kasur. Kakiku masih menjuntai di lantai ketika Mas Siswanto mencium dengan ganas. Aku pasrah ketika tangannya menyusup diantara Bhku mencari susuku.

“Aku pengin banget Dewi…” ia membisikkan di telingaku. Aku didorong rebah ke tempat tidur.

Aku pura-pura jual mahal, aku pegangi bajuku agar dia tidak mudah membuka. Aku masih ingin memperoleh ciuman Mas Siswanto lebih lama sebelum dimulai dengan yang lebih intim. Ternyata ia tidak memaksaku. Sambil menindih badanku, Mas Siswanto mulai menciumi kembali mukaku, leherku dan bibirku dikecup dengan kuat. Kemudian ciuman itu bergeser ke telinga terus ke belakang telinga, sehingga membuat aku merinding nikmat. “Ooohhh…… sss… ttttt” eranganku mulai terdengar.

Setelah puas menciumi belakang telinga, ciuman itu bergeser ke arah pundak. Rasanya nikmat sekali seperti terbang, yah aku haus kenikmatan seperti ini. Geseran bibirnya semakin turun ke dada. Tangan mas Siswanto mulai membuka satu persatu kancing baju atasanku. Kemudian ciumannya bergerak di dada. Badanku digulingkan sedikit ke kiri agar tangannya dapat melingkar ke badanku untuk membuka kancing Bhku. Sekali raih Bhku terlepas dan kedua susuku tersembul.

Mata mas Siswanto terbelalak memandangi susuku yang tidak begitu besar tapi kencang dan putingnya yang berwarna coklat tampak sudah mengeras karena sudah terangsang. Ia kelihatan kagum memperhatikan susu yang masih ranum. Dengan pelan-pelan hidungnya diusapkan di puting susuku kemudian kumisnya ia geser-geserkan. Aku bagaikan melayang…

“Maa.. sss… oo… hhhh…” aku mengerang nikmat. “Ter… r.. uss mas, kenyot yang kuat… M.. a.. s… oo.. hhh” pintaku keenakan. Tangannya meremas susuku semakin kencang, sehingga nafasku terengah semakin memburu.

Ketika puas menikmati susuku, mulut panas itu bergeser ke bawah diantara pusarku. Tangannya langsung menjambret rok bawah. Untung rok itu pakai karet sehingga ketika ditarik tidak rusak. Tanpa menunggu waktu, tangan satunya telah memelorotkan celana dalamku. Terpampang pemandangan indah mempesona dan sangat menggairahkan dihadapan Mas Siswanto, memekku yang ditutupi rambut-rambut jembut yang sangat lebat dan keriting itu, sekarang telah ada dimuka Mas Siswanto siap dihidangkan. Mas Siswanto menarik napas panjang dan meloncat turun membuka baju dan celananya sendiri.

Kini hanya tertinggal celana dalam saja yang belum dibuka. Dada bidang berbulu milik Mas Siswanto sangat mempesona. Vagina, dalam bahasa daerahku disebut turuk, di dalamnya ada daging sebesar ujung kelingking terjepit diantara bibir vagina. Daging itu namanya klitoris atau kelentit dan dalam bahasa daerahku disebut itil. Turukku dan itilku terasa tebal karena aku sudah sangat terangsang.

Dengan penuh nafsu Mas Siswanto kembali meremas susuku, menghisap pentil susuku. Hisapan itu dengan perlahan turun ke perut, ke pusar terus ke turukku. Namun kemudian Mas Siswanto mengalihkan hisapan ke pangkal pahaku. Ia menjilati dan menghisap pangkal pahaku sampai puas, sedangkan tangan kanannya mengusap-usap bagian luar turukku.

Aku masih dalam posisi rebah di tepi tempat tidur. Badanku ada di atas kasur sedangkan kedua kakiku terjuntai ke bawah.

Posisi ini sangat pas buat Mas Siswanto yang mulai berjongkok dihadapan selangkanganku dan mendekatkan mulutnya ke turukku. Tangan Mas Siswanto membuka bibir turukku yang membasah oleh lendir birahi dan lidah Mas Siswanto mulai menyentuh itilku. Aku menjerit nikmat….. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… haa… ooo…… hhhh… ssttttt” aku mengangkat pantatku biar lidah Mas Siswanto bisa lebih leluasa menjilat itilku. Aku belum pernah senikmat ini memperoleh dari suamiku.

Ngentot Dengan Dewi

Aku bermain cinta dengan suamiku tanpa ada rangsangan, begitu buka baju, langsung kontol suamiku ditancapkan. Baru kali ini aku menikmati kewanitaanku, aku benar-benar wanita yang merasakan gairah cinta yang sebenarnya. “Haa… ooo…… hhhh… ssttttt… haa… ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us” Ooo… hhhh… ssttttt…… terruuusss… ter… us” Mas Siswanto tidak berhenti disitu. Tiba-tiba itilku dihisap lembut. Aku kembali menjerit nikmat. “Aaaaa…… ooohh… hhh…… Mas……… ss”

“Ttt… ee…… r.. r r… uuusssssss……” Aku terengah-engah merasakan geseran bibir dan hisapan yang bergantian. Kemudian hisapan itu semakin kuat, kuat dan kuat…… aku menjadi tidak tahan, kepalaku aku goyangkan ke kanan dan kiri, pantatku aku naikkan lebih ke atas, tanganku meremas kasur busa… dan…… tiba-tiba denyutan yang tiada tara nikmatnya menjalar melalui pinggulku menuju arah itilku. Nikmat… nikmat sekali. Denyutan itu terjadi beberapa kali dan semakin memanjang… akhirnya hilang.

Aku mencapai puncak orgasme, puncak kenikmatan yang tertinggi. Aku baru sekali ini merasakan. Tujuh tahun dalam hidup rumah tanggaku aku belum pernah merasakan senikmat ini dengan suamiku. Badanku lemas.. dan mataku terpejam nikmat melepas denyutan. Tiba-tiba Mas Siswanto berdiri, ia membuka celana dalamnya… ia merapatkan pinggulnya ke pinggulku. Tangannya memegang kontol yang telah mengacung tegak. Aku belum sadar saat itu, aku masih menikmati orgasmeku. Ketika ia membuka kedua pahaku, mataku terbuka aku harus bergantian memberikan kepuasan kepada Mas Siswanto.

Aku bangkit, aku pegang kontol itu… kencang seperti batu. Mas Siswanto membisikkan kata-kata agar aku mengenyot kontolnya. Aku ragu, aku belum pernah seperti itu. Tapi bukankah tadi Mas Siswanto menjilati turuk dan itilku? Bukankah aku telah menerima kenikmatan birahi dari jilatannya? Dengan rasa ragu aku mendekatkan mulutku dan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Mas Siswanto mendorong kontolnya masuk lebih dalam ke mulutku, aku malah terbatuk sehingga mau muntah. Akhirnya Mas Siswanto mengurungkan permintaannya. Kembali Mas Siswanto merebahkan aku di pinggir tempat tidur. Ia tidak lagi meminta aku mengenyot kontolnya.

Ia membuka selangkanganku dan kontolnya ia pegang dengan tangan kanan mulai digosok-gosokkan ke bagian itilku. Mungkin maksudnya agar kepala kontolnya basah dengan cairan birahiku. Mula-mula terasa geli. Kemudian geli itu berubah menjadi nikmat. Aku mulai terangsang lagi. Kepala kontolnya digeser-geser semakin dalam. Aku mulai mendesah nikmat. Setelah cukup lama dengan permainan itu, kedua tangan Mas Siswanto meraih kakiku diangkat ke pundaknya. Aku belum pernah menikmati permainan senggama seperti ini.

Mas Siswanto mulai menggerakkan maju mundur kontolnya. Separuh kontolnya sudah masuk ke liang peranakanku. Tiba-tiba ia mendorong dengan satu gerakkan dan kontolnya amblas masuk seluruhnya ke turukku. Aku menjerit ketika menerima hentakan itu, ada sedikit rasa ngilu ketika kontol itu masuk seluruhnya. Kembali gerakkan maju mundur dilakukan sangat pelan……… aku merasakan turukku mulai berdenyut menjepit kontol Mas Siswanto. Tampaknya Mas Siswanto menikmati sekali denyutan turukku yang memeras kontolnya sehingga terasa lebih sempit.

“Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh…………” “Aaaaa… ooo… hhh… hhaaahhhhh… haaahhhhhh………… te… rus…………” Mulutku tidak bisa diam… rasa nikmat menjalar dari dalam pinggangku… ke paha dan kaki. Susuku yang mengencang ingin sekali diremas. Turukku yang berdenyut-denyut ingin diberi gerakkan kontol yang lebih cepat. Aku menarik tangan Mas Siswanto yang bertumpu di kasur ke arah susuku. Aku minta dia meremas.

“Ma.. sss… r.. e.. Mas…… rem… aaa… sss k.. u.. a…t”. Mas Siswanto mulai meremas susuku sambil menggerakkan maju mundur pinggulnya.

Jepitan turukku semakin kuat ketika jari Mas Siswanto menarik puting susuku yang tampak sudah mengacung dengan tingginya karena sudah sangat-sangat terangsangnya oleh persetubuhan ini. Aku mulai menggoyang pantatku untuk menambah kenikmatanku.

Begitu juga kepalaku mulai bergerak ke kanan dan kiri. kontol Mas Siswanto memompa keluar masuk turukku semakin cepat, aku semakin merasakan nikmatnya persetubuhan ini. Kelihatannya Mas Siswanto tidak tahan lama, karena kelihatan dari gerakkannya yang semakin cepat. Ganti suara erangan kenikmatan Mas Siswanto yang lebih keras dari eranganku.“Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh… Aaa… aaaa.. hhhh…”“akuu.. mm..aa..uu.. ke..lll..uu..aa..rr “Sa.. ma… s.. a… m.. a……… ki.. ta… b a r.. e… n.. g…… M a a.. a… a…… a………”

Aku menjerit tidak bisa bisa meneruskan kata-kataku. Ketika gerakan, Mas Siswanto sangat cepat, terasa badanku berkontraksi.. dengan kenikmatan yang lebih hebat dibandingkan kenikmatan sebelumnya. Begitu juga aku Mas Siswanto mengejang, mendorong kontolnya sampai ke pangkal paha. Aku merasakan peju Mas Siswanto menyemprot beberapa kali membasahi rahimku. Mas Siswanto jatuh tertelungkup lemas menindih dalam pelukanku, ia merangkul kuat dan mukanya dibenamkan diantara kedua susuku.

Setelah beberapa lama, Mas Siswanto kembali mengenyot susuku, menciumi leherku, memainkan kumisnya di daguku serta menyedot lembut bibirku. Pelukan Mas Siswanto semakin mengendor, begitu juga kontol dalam turukku ikut mengendur. Kemudian Mas Siswanto berdiri mencabut kontolnya dan merebahkan badannya di kasur. Ia tertidur pulas tanda puas. Aku juga tertidur pulas sambil berpelukan.

Baca juga : Bencana Dinas Di Semarang

Bagikan ke yang lainnya
Telegram
Tutup
Tutup